Latest Posts

Tuesday, 22 August 2017

Kisah Inspirasi tentang Persahabatan

Suatu hari, dua orang sahabat menghampiri sebuah lapak untuk membeli buku dan majalah. Penjualnya ternyata melayani dengan buruk. Mukanya pun cemberut. Orang pertama jelas jengkel menerima layanan seperti itu. Yang mengherankan, orang kedua tetap enjoy, bahkan bersikap sopan kepada penjual itu. Lantas orang pertama itu bertanya kepada sahabatnya, “Hei. Kenapa kamu bersikap sopan kepada penjual yang menyebalkan itu?”
Sahabatnya menjawab, “Lho, kenapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak? Kitalah sang penentu atas kehidupan kita, bukan orang lain.”
“Tapi dia melayani kita dengan buruk sekali,” bantah orang pertama. Ia masih merasa jengkel.
“Ya, itu masalah dia. Dia mau bad mood, tidak sopan, melayani dengan buruk, dan lainnya, toh itu enggak ada kaitannya dengan kita. Kalau kita sampai terpengaruh, berarti kita membiarkan dia mengatur dan mempengaruhi hidup kita. Padahal kitalah yang bertanggung jawab atas diri sendiri.”
Sahabat, Tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain kepada kita. Kalau mereka melakukan hal yang buruk, kita akan membalasnya dengan hal yang lebih buruk lagi. Kalau mereka tidak sopan, kita akan lebih tidak sopan lagi. Kalau orang lain pelit terhadap kita, kita yang semula pemurah tiba-tiba jadi sedemikian pelit kalau harus berurusan dengan orang itu.
Coba renungkan. Mengapa tindakan kita harus dipengaruhi oleh orang lain? Mengapa untuk berbuat baik saja, kita harus menunggu diperlakukan dengan baik oleh orang lain dulu? Jaga suasana hati. Jangan biarkan sikap buruk orang lain kepada kita menentukan cara kita bertindak! Pilih untuk tetap berbuat baik, sekalipun menerima hal yang tidak baik.
“Pemenang kehidupan” adalah orang yang tetap sejuk di tempat yang panas, yang tetap manis di tempat yang sangat pahit, yang tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar, serta tetap tenang di tengah badai yang paling hebat.


Kisah Inspirasi “Tujuan tak menghalalkan cara.”

Seorang teman mengirimkan kisah ini kepada saya dan tak diketahui dari mana asalnya. Dikisahkan bahwa sebuah perusahaan telekomunikasi di Italia sedang mencari satu tenaga teknis untuk menangani salah satu departemen dari perusahaan tersebut.
Begitu banyak yang datang melamar dan menjalani ujian tertulis. Namun sesudah ujian tertulis ini, semua peserta diberi pekerjaan rumah, setiap orang diberi semangkok bibit kacang hijau untuk disemayamkan. Dan setelah jangka waktu yang diberikan setiap orang harus membawa pulang bibit kacang hijau yang telah tumbuh segar ke perusahaan tersebut. Siapa yang berhasil merawat kacang yang tumbuh paling segar akan memperoleh posisi pekerjaan yang dikejar banyak orang karena memberikan jaminan gaji yang tinggi tersebut.
Setelah jangka waktu yang diberikan itu para peserta ujian kembali lagi ke perusahaan sambil membawa bibit kacang hijau yang telah bertumbuh segar menghijau. Setiap orang memamerkan hasil usaha mereka dan dalam hati berharap bahwa ia akan memperoleh posisi yang bagus tersebut. Nampak seketika bahwa team penilai akan sulit memutuskan siapa yang jadi pemenangnya karena semua membawa bibit kcang yang telah bertumbuh itu sama bagus dan sama segarnya.
Setelah diabsensi ternyata satu orang tidak muncul di tengah para peserta. Sang manager perusahaan lalu menelpon pelamar yang tak hadir itu dan menanyakan alasan ketidak-hadirannya. Orang tersebut dengan penuh penyesalan serta rasa bersalah memberikan alasan ketidakhadirannya saat ini. Ia mengatakan bahwa bibit yang diberikan itu hingga saat ini belum bertumbuh pada hal ia sudah berusaha memberi pupuk, memberi air yang cukup. Semua persyaratan yang dibutuhkan agar bibit kacang hijau bertumbuh subur telah dipenuhinya, namun anehnya, bibit tersebut seakan berkepala keras tak mau bertumbuh.
“Aku berpikir bahwa aku pasti gagal untuk memperoleh posisi dalam perusahaan telekomunikasi ini. Karena itu saya memutuskan untuk tidak datang hari ini ke perusahaan bapa.” Dan justru di saat ketika orang itu akan meletakan gagang teleponnya, sang manager memberikan kata-kata yang sungguh di luar dugaannya; “Engkaulah satu-satunya yang diterima perusahaan kami. Profisiat!” Orang itu heran dan kaget tak percaya.
Sesungguhnya, bibit kacang hijau yang dibagikan kepada para peserta tersebut adalah bibit yang telah diproses sehingga tak bisa bertumbuh lagi. Perusahaan akan dengan mudah mengetahui peserta mana yang jujur. Dan ternyata hanya seorang yang yang tak mampu membawa bibit kacang yang telah tumbuh. Dan dialah orang yang dipilih itu. “Inilah prinsip kami, nilai moral dalam pekerjaan lebih ditinggikan ketimbang keberhasilan dalam bekerja.” Demikian sang manajer menjelaskan.
Prinsip perusahaan ini mengingatkan aku akan kata-kata sang bijak; “Tujuan tak menghalalkan cara.”


Kisah Inspirasi Seorang pengusaha sukses

Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke. Sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU. Di saat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia roh seorang malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya.
Malaikat memulai pembicaraan, “Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup. Dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!”
“Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang … ” kata si pengusaha ini dengan yakinnya.
Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati.
Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali mengunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, “Apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit”.
Dengan lembut si Malaikat berkata, “Anakku, aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa b
uatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi. Rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu..”
Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si malaikat menunjukkan siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Pada layar besar berupa TV. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka.
Kata Malaikat, “Aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua? Itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu”
Kembali terlihat dimana si istri sedang berdoa jam 2:00 subuh, “Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar dihadapan-Mu. Tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan
seorang ayah. Hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri.”
Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan kurus karena kurang istirahat”.
Melihat peristiwa itu, tanpa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini. Timbul penyesalan bahwa selama ini bahwa dia bukanlah suami yang baik. Dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya. Malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.
Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini, penyesalan yang luar biasa. Tapi waktunya sudah terlambat ! Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang !
Dengan setengah bergumam dia bertanya, “Apakah diantara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?”
Jawab si Malaikat, “Ada beberapa yang berdoa buatmu. Tapi mereka tidak Tulus. Bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini. Itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik. Bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah”. Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia. Tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam.
Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.
Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata, “Anakku, Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu ! ! Kau tidak jadi meninggal, karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00.
Dengan terheran-heran dan tidak percaya, si pengusaha bertanya “siapakah yang 47 orang itu?”. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.
“Bukankah itu Panti Asuhan ?” kata si pengusaha pelan.
“Benar anakku, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri.”
“Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU. Setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu.”
Doa sangat besar kuasanya. Tak jarang kita malas. Tidak punya waktu. Tidak terbeban untuk berdoa bagi orang lain.
Ketika kita mengingat seorang sahabat lama/keluarga, kita pikir itu hanya kebetulan saja padahal seharusnya kita berdoa bagi dia. Mungkin saja pada saat kita mengingatnya dia dalam keadaan butuh dukungan doa dari orang-orang yang mengasihi dia.
Disaat kita berdoa bagi orang lain, kita akan mendapatkan kekuatan baru dan kita bisa melihat kemuliaan Tuhan dari peristiwa yang terjadi.
Hindarilah perbuatan menyakiti orang lain. Sebaliknya perbanyaklah berdoa buat orang lain.


Kisah Inspirasi Samuel Plimsoll adalah salah seorang anggota Parlemen di Kerajaan Inggeris pada abad ke

Samuel Plimsoll adalah salah seorang anggota Parlemen di Kerajaan Inggeris pada abad ke 19.
Plimsoll merasa sangat terharu selalu mendapat laporan bahwa banyak kapal penumpang dan kapal barang sering tenggelam dan memakan banyak korban serta kerugian materi yang sangat besar. Para pelaut selalu menyalahkan cuaca sebagai penyebab utamanya.
Merasa prihatin akan hal ini, Plimsoll langsung turun ke lapangan untuk menyelidiki misteri tenggelamnya sedemikian banyak kapal kapal itu.
Ia  habiskan waktunya berminggu-minggu di berbagai pelabuhan, berbicara dengan banyak pelaut, serta melihat langsung dan memeriksa kapal kapal yang akan berlayar.
Setelah diselidiki, Plimsoll menemukan penyebabnya, itu dikarenakan kapten kapal kapal itu tidak mengetahui berapa beban muat kapalnya, sehingga mereka selalu mengisi penuh kapal dimana masih ada tempat untuk dimuat, tidak peduli itu berat atau ringan, besi atau batu bara.
Sehingga ketika ketemu ombak besar, kapal kapal itu langsung oleng dan tenggelam. Plimsoll lalu mengusulkan ke Parlemen nya untuk menerbitkan undang-undang bahwa setiap kapal harus menetapkan batas kemampuan muat.
Karena pada abad itu belum ditemukan timbangan besar, maka Plimsoll mengusulkan dibuat tanda garis pembatas pada setiap kapal.
Bilamana badan kapal itu telah turun menyentuh batasan garis pembatas, karena muatanya,  maka kapal itu tidak diijinkan menambah muatan lagi.
Semenjak diberlakunya perarturan itu, jarang sekali terdengar lagi ada kapal yang tenggelam, dan garis pembatasitu telah menolong banyak orang.
Untuk mengenang jasanya, mereka menamakan garis pembatasâitu, sebagai garis PLIMSOLL.
Sedemikian poluler istilah ini, kemudian istilah itu masuk kata dalam Kamus Bahasa Inggeris, sebagai arti “garis batasan”.
Sayangnya Plimsoll hanya dapat dipakai dalam kapal, tidak pada manusia. Karena ketidak-tahuan batasan “batas muat” atau “batas kemampuan” nya.
Banyak orang yang BEKERJA tanpa mengetahui dimana batas garis Plimsollnya sendiri. Sehingga batas Plimsoll itu mereka tentui dengan ketika badan mulai terasa nyeri, kesemutan, atau jatuh sakit, terkadang malah mengancam nyawanya. Sehingga sering harus mengeluarkan lebih banyak biaya untuk menyembuhkannya.
Ini persis bagaikan kapal yang tenggelam yang mendatangkan kerugian materi, yang juga tentu mengancam nyawanya. Kita memang tidak bisa mengenakan garis Plimsoll pada tubuh kita, dan “plimsoll’ setiap orang tentu berbeda pula. Tetapi kita harus sadar kekuatan tubuh kita atas batasannya.
Melewati batasan itu, tentu akan merugikan kita sendiri, bukan orang lain.


Monday, 21 August 2017

Kisah Inspirasi Cinta Sejati Reala berkorban Untuk segalanya

Robertson MC Quilkin mengundurkan diri dari kedudukannya sebagai Rektor di Universitas Internasional Columbia dengan alasan ingin merawat istrinya, Muriel, yang sakit Alzheimer, yaitu gangguan fungsi otak.
Muriel sudah seperti bayi, tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan untuk makan, mandi dan buang air pun ia harus dibantu. Robertson memutuskan untuk merawat istrinya dengan tangannya sendiri, karena Muriel adalah wanita yang sangat istimewa baginya.
Namun pernah suatu kali ketika Robertson membersihkan lantai bekas ompol Muriel dan di luar kesadaran Muriel malah menyerakkan air seninya sendiri, maka Robertson tiba-tiba kehilangan kendali emosinya. Ia menepis tangan Muriel dan memukul betisnya, guna menghentikannya.
Setelah itu Robertson menyesal dan berkata dalam hatinya, “Apa gunanya saya memukulnya, walaupun tidak keras, tetapi itu cukup mengejutkannya. Selama 44 tahun kami menikah, saya belum pernah memukulnya karena marah, namun kini di saat ia sangat membutuhkan saya, saya memperlakukannya demikian. Ampuni saya, ya Tuhan,”
Lalu tanpa peduli apakah Muriel mengerti atau tidak, Robertson meminta maaf atas hal yang telah dilakukannya.
Pada tanggal 14 Februari 1995, Robertson dan Muriel, memasuki hari istimewa karena pada tanggal itu di tahun 1948, Robertson melamar Muriel. Dan pada hari istimewa itu Robertson memandikan Muriel, lalu menyiapkan makan malam dengan menu kesukaan Muriel dan pada malam harinya menjelang tidur ia mencium dan menggenggam tangan Muriel lalu berdoa, “Tuhan Yesus yang baik, Engkau mengasihi Muriel lebih dari aku mengasihinya, karena itu jagalah kekasih hatiku ini sepanjang malam dan biarlah ia mendengar nyanyian malaikat-Mu. Amin!”
Pagi harinya, ketika Robetson berolah-raga dengan menggunakan sepeda statisnya, Muriel terbangun dari tidurnya. Ia berusaha untuk mengambil posisi yang nyaman, kemudian melempar senyum manis kepada Robertson. Untuk pertama kalinya setelah selama berbulan-bulan Muriel yang tidak pernah berbicara memanggil Robertson dengan suara yang lembut dan bening, “Sayangku…. sayangku…”, Robertson melompat dari sepedanya dan segera memeluk wanita yang sangat dikasihinya itu.
“Sayangku, kau benar-benar mencintaiku bukan?” tanya Muriel.
Setelah melihat anggukan dan senyum di wajah Robetson, Muriel berbisik, “Aku bahagia!” Dan ternyata itulah kata-kata terakhir yang diucapkan Muriel kepada Robertson.
Memelihara dan membahagiakan orang-orang yang sudah memberi arti dalam hidup kita adalah suatu ibadah di hadapan Tuhan. Mengurus suami atau istri yang sudah tak berdaya adalah suatu perbuatan yang mulia. Mengurus ayah, ibu atau mertua adalah tugas seorang anak ataupun menantu. Mengurus kakek atau nenek yang sudah renta dan pikun juga adalah tanggung jawab para cucu. Jangan abaikan mereka yang telah renta, apalagi ketika mereka sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Peliharalah mereka dengan kesabaran dan penuh kasih.


Kisah Inspirasi Hati Anak Kecil yang Tulus Mengubah Perampok Menjadi Baik

Moore adalah seorang dokter terkenal dan dihormati, melalui tangannya sudah tak terhitung nyawa yang diselamatkan. Dia tinggal disebuah kota tua di Prancis. 20 tahun yang lalu dia adalah seorang narapidana, kekasihnya mengkhianati dia lari kepelukan lelaki lain. Karena emosinya dia melukai lelaki tersebut, maka dia dari seorang mahasiswa di universitas terkenal menjadi seorang narapidana, dia dipenjara selama 3 tahun.
Setelah dia keluar dari penjara, kekasihnya telah menikah dengan orang lain, karena statusnya sebagai bekas narapidana menyebabkannya ketika melamar pekerjaan menjadi bahan ejekan dan penghinaan.
Dalam keadaan sakit hati, Moore memutuskan akan menjadi perampok. Dia telah mengincar di bagian selatan kota ada sebuah rumah yang akan menjadi sasarannya, para orang dewasa dirumah tersebut semuanya pergi bekerja sampai malam baru pulang kerumah, didalam rumah hanya ada seorang anak kecil buta yang tinggal sendirian.
Dia pergi ke rumah tersebut mencongkel pintu utama membawa sebuah pisau belati, masuk ke dalam rumah, sebuah dan tiba-tiab suara lembut bertanya, “Siapa itu?” Moore sembarangan menjawab, “Saya adalah teman papamu, dia memberikan kunci rumah kepadaku.”
Anak kecil ini sangat gembira, tanpa curiga berkata, “Selamat datang, namaku Kay, tetapi papaku malam baru sampai ke rumah. Paman apakah engkau mau bermain sebentar dengan saya?” Dia memandang dengan mata yang besar dan terang tetapi tidak melihat apapun, dengan wajah penuh harapan, di bawah tatapan memohon yang tulus, Moore lupa kepada tujuannya, langsung menyetujui.
Yang membuat dia sangat terheran-heran adalah anak yang berumur 8 tahun dan buta ini dapat bermain piano dengan lancar, lagu-lagu yang dimainkannya sangat indah dan gembira, walaupun bagi seorang anak normal harus melakukan upaya besar sampai ke tingkat seperti anak buta ini.
Setelah selesai bermain piano anak ini melukis sebuah lukisan yang dapat dirasakan didalam dunia anak buta ini, seperti matahari, bunga, ayah-ibu, teman-teman, dunia anak buta ini rupanya tidak kosong, walaupun lukisannya kelihatannya sangat canggung, yang bulat dan persegi tidak dapat dibedakan, tetapi dia melukis dengan sangat serius dan tulus.
“Paman, apakah matahari seperti ini?” Moore tiba-tiba merasa sangat terharu, lalu dia melukis di telapak tangan anak ini beberapa bulatan, “Matahari bentuknya bulat dan terang, dan warnanya keemasan.”
“Paman, apa warna keemasan itu?” dia mendongakkan wajahnya yang mungil bertanya, Moore terdiam sejenak, lalu membawanya ketempat terik matahari, “Emas adalah sebuah warna yang sangat vitalitas, bisa membuat orang merasa hangat, sama seperti kita memakan roti yang bisa memberi kita kekuatan.”
Anak buta ini dengan gembira dengan tangannya meraba ke empat penjuru, “Paman, saya sudah merasakan, sangat hangat, dia pasti akan sama dengan warna senyuman paman.” Moore dengan penuh sabar menjelaskan kepadanya berbagai warna dan bentuk barang. Dia sengaja menggambarkan dengan hidup, sehingga anak yang penuh imajinatif ini mudah mengerti. Anak buta ini mendengar ceritanya dengan sangat serius, walaupun dia buta, tetapi rasa sentuh dan pendengaran anak ini lebih tajam dan kuat daripada anak normal, tanpa terasa waktu berlalu dengan cepat.
Akhirnya, Moore teringat tujuan kedatangannya, tetapi Moore tidak mungkin lagi merampok. Hanya karena kecaman dan ejekan dari masyarakat dia akan melakukan kejahatan lagi, berdiri di hadapan Kay dia merasa sangat malu, lalu dia menulis sebuah catatan untuk orang tua Kay,
“Tuan dan nyonya yang terhormat, maafkan saya mencongkel pintu rumah kalian, kalian adalah orang tua yang hebat, dapat mendidik anak yang demikian baik, walaupun matanya buta, tetapi hatinya sangat terang, dia mengajarkan kepada saya banyak hal, dan membuka pintu hati saya.”
Tiga tahun kemudian, Moore menyelesaikan kuliahnya di universitas kedokteran, dan memulai karirnya sebagai seorang dokter.
Enam tahun kemudian, dia dan rekan-rekannya mengoperasi mata Kay, sehingga Kay bisa melihat keindahan dunia ini, kemudian Kay menjadi seorang pianis terkenal, yang mengadakan konser ke seluruh dunia, setiap mengadakan konser, Moore akan berusaha menghadirinya, duduk disebuah sudut yang tidak mencolok, mendengarkan musik indah menyirami jiwanya yang dimainkan oleh seorang pianis yang dulunya buta.
Refleksi:
Ketika Moore mengalami kekecewaan terhadap dunia dan kehidupannya, semangat dan kehangatan Kay kecil yang buta ini yang memberikan kehangatan dan kepercayaan diri kepadanya. Kay kecil yang tinggal didalam dunia yang gelap, sama sekali tidak pernah putus asa dan menyia-nyiakan hidupnya, dia membuat orang menyadari betapa besar vitalitas dalam hidup ini yang sanggup menyentuh hidup seseorang hingga berubah.
Cinta dan harapan akan dapat membuat seseorang kehilangan niat melakukan kejahatan, sedikit harapan mungkin bisa menyembuhkan seorang yang putus asa, atau bahkan bisa mengubah nasib kehidupan seseorang atau kehidupan banyak orang, seperti Moore yang telah membantu banyak orang. Ketika mengalami putus asa maka bukalah pintu hatimu, maka cahaya harapan akan menyinari hatimu.


Kisah Inspirasi Lou Xiaoying adalah seorang wanita miskin yang hidup di China

Lou Xiaoying adalah seorang wanita miskin yang hidup di China. Ketika suaminya meninggal tahun 1972, Lou Xiaoying yang telah berusia 71 tahun, terpaksa menopang sisa hidupnya sebagai pemulung sampah.
Setiap pagi dia telah berada di tempat pembuang sampah yang menggunung, mencari benda apa saja yang dapat dijual. Namun di tempat inilah ia kemudian menemukan sampah yang sangat bernilai.
Pada suatu pagi, ketika sedang mencari sampah, ia menemukan sebuah kardus yang berisikan seorang bayi perempuan. Bayi itu telah sedemikian lemahnya, hanya dibungkus sebuah handuk.
Buru buru Xiaoying mengendong, membawa pulang  ke rumahnya yang sangat kecil. Ia tidak mengerti mengapa begitu teganya ibunya membuang bayinya, tetapi ia yakin ini pasti adalah bayi diluar nikah, atau tiada biaya untuk menghidupnya.
Tidak lama setelah bayi pertama ia temukan, kembali ia menemukan bayi buangan lainnya, nenek ini tetap saja membawanya pulang untuk dipelihara. Ia rela bekerja lebih berat dan lebih lama demi untuk menghidupi bayi bayi itu. Ia peduli dimana orang lain tidak peduli.
Ternyata pembuang bayi dalam kardus telah menjadi trend di China, dalam 17 tahun, Xiaoying berhasil memungut 30 orang bayi, ia membawa pulang semua bayi itu untuk dipelihara.
Dapat dibayangkan betapa berat beban yang dipikulnya sendiri. Masih beruntung,beberapa anak yang telah tumbuh sehat dan besar, diadopsi oleh keluarga lebih mampu.
Akhirnya perjuangan nenek Lou untuk menghidup bayi bayi buangan tercium wartawan. Kisah itu kemudian menyebar ke seluruh China, bahkan dunia.
Wartawan yang datang mewawancarai Lou yang telah terbaring lemah di rumah sakit,di usianya yang ke 88, sebelum menghempus napas terakhirnya, ia masih sempat berkata :
“Saya tidak mengerti mengapa orang-orang tega meninggalkan bayi selemah itu terbaring di antara sampah di jalan.
Bayi-bayi tersebut adalah makhluk hidup yang berharga, mereka seharusnya mendapat kasih sayang dan cinta.  Saya sangat bersyukur semua bayi bayi dapat dibesarkan dengan sehat dan bahagia. Saya yakin mereka akan menjadi orang yang berguna.
Kisah ini sungguh menyadarkan banyak orang bahawa untuk kebaikan hati seseorang tidak dapat dinilai dengan materi.
Seorang pumulung sampah yang kehidupannya sulit bisa memiliki hati semulia emas. Inilah kebesaran hati Tuhan yang kadang tak mampu dirasakan semua orang.
Jadilah manusia yang BERGUNA untuk orang lain. Jangan MENUNGGU MATERI atau KESEMPATAN. HATI mulia yang akan menuntun Anda.


4you

Another Post

LABEL

Powered by Blogger.

Search This Blog

Kisah Inspirasi tentang Persahabatan

Suatu hari, dua orang sahabat menghampiri sebuah lapak untuk membeli buku dan majalah. Penjualnya ternyata melayani dengan buruk. Mukanya p...